Menjadi Peserta Karnaval Budaya Anoman Obong RW 01 Dusun Ringinrejo, Warga Setempat Tuai Pujian Berkat Dokumentasi Karya Budayanya

PIJARNUSA.COM, Blitar –Dalam rangka menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia, warga RW 01 Dusun Ringinrejo, Desa Kebonsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar menggelar Karnaval Budaya “Anoman Obong”, sebuah pertunjukan rakyat yang mengangkat kisah legendaris dari epos Ramayana. Karnaval ini sukses menyita perhatian masyarakat sekitar berkat konsep pementasan budaya yang meriah, kostum spektakuler, serta penampilan dramatis dari para peserta.

Namun yang tak kalah menarik, munculnya karya dokumentasi visual dari salah satu warga setempat, Merina Sukesti, berhasil menjadi sorotan dan menuai pujian dari banyak pihak. Video dan foto hasil dokumentasinya dinilai berhasil menangkap esensi budaya, semangat kebersamaan, dan estetika lokal yang jarang terekam sebaik itu dalam kegiatan serupa.

Menghidupkan Anoman Obong: Dari Mitologi ke Jalanan

Karnaval ini mengusung tokoh utama Anoman (Hanoman)—sang kera putih yang menyelamatkan Dewi Shinta dari penculikan Rahwana. Lakon “Anoman Obong” dipilih sebagai simbol keberanian, kesetiaan, dan semangat juang yang dianggap relevan dengan semangat kemerdekaan.

Warga, dari anak-anak hingga lansia, turut serta dalam pertunjukan ini. Mereka mengenakan kostum tokoh-tokoh pewayangan lengkap dengan iringan gamelan, tarian tradisional, serta koreografi api yang aman namun memukau. Jalan-jalan sempit Dusun Ringinrejo pun seakan berubah menjadi panggung seni budaya yang hidup dan membanggakan.

Merina Sukesti dan Karya Dokumentasinya

Di balik layar semarak karnaval, Merina Sukesti, seorang warga RW 01 yang memiliki ketertarikan di bidang fotografi dan videografi, mengambil inisiatif untuk mendokumentasikan keseluruhan acara. Dengan peralatan sederhana namun penuh dedikasi, Merina merekam momen-momen penting, ekspresi warga, hingga detil kostum dan gerak para penampil.

Video hasil karyanya yang berdurasi 5 menit kemudian diunggah ke media sosial dan grup WhatsApp warga. Tak disangka, dokumentasi tersebut viral di lingkup lokal, mendapatkan ratusan tayangan dan puluhan komentar positif dalam waktu singkat.

“Hasilnya sangat bagus, berasa nonton film dokumenter budaya. Kami jadi bisa melihat betapa luar biasanya pertunjukan itu dari sudut pandang berbeda,” ujar Pak Suyatno, tokoh masyarakat setempat.

Selain video, Merina juga mengunggah beberapa hasil foto yang kini digunakan sebagai arsip RW dan rencana akan dicetak sebagai kalender warga untuk tahun 2026.

Apresiasi dari Warga dan Tokoh Masyarakat

Kepala Dusun Ringinrejo, Ibu Lestari, menyampaikan apresiasi atas kontribusi Merina.

“Kami sangat bangga memiliki warga seperti Mbak Merina yang punya kepedulian tinggi terhadap pelestarian budaya lokal. Dokumentasinya bisa jadi media pembelajaran, bahkan promosi wisata budaya jika dikembangkan ke depan,” ucapnya.

Warga lainnya pun menyampaikan harapan agar kegiatan dokumentasi seperti ini bisa menjadi rutinitas, terutama dalam setiap kegiatan budaya dan keagamaan yang berlangsung di desa.

Budaya, Kreativitas, dan Jejak Digital

Karya Merina Sukesti menjadi bukti bahwa pelestarian budaya tidak hanya melalui aksi di panggung, tetapi juga melalui lensa kamera, yang dapat menjangkau audiens lebih luas dan bertahan lebih lama dalam jejak digital. Dengan pendekatan visual yang tepat, nilai-nilai lokal dapat dikenal dan diapresiasi, bahkan oleh generasi muda yang selama ini lebih akrab dengan media sosial dibanding budaya tradisional.

Langkah Merina diharapkan dapat menginspirasi warga desa lainnya, terutama generasi muda, untuk tidak hanya menjadi penonton budaya, tetapi juga pelaku dan pengarsip budaya, agar warisan luhur ini tidak hilang tergerus zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *