Optimistis KONI Sumatera Selatan Di PON XX/2020 Papua

Olahraga225 Views

Palembang (pijarnusa) –  Memang, berbicara sukses prestasi, tanggung-jawabnya ada di KONI dan kuncinya ada di Binpres. Binpres yang menjadi tumpuan KONI, diharapkan memiliki kemampuan yang bisa dan mampu meletakkan dasar-dasar pembinaan terukur dan dipahami oleh cabor yang akan mengikuti Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda). Mungkin karena itulah, bidang ini banyak menyedot anggaran dalam membina atlet-atlet berprestasi.

Tak hanya Binpres, mereka yang berada tim Monitoring dan Evaluasi (Monev), juga harus bekerja lebih maksimal. Seorang monev harus mampu memetakan potensi prestasi cabor. Memantau program kerja/ pembinaan cabor, dan paling penting adalah mengecek kesiapan cabor, termasuk kendala-kendalanya. Tentunya dengan dukungan data dan fakta berdasarkan pengamatan langsung di lapangan. Karena itulah tim monev dibentuk, untuk mengawal program pembinaan cabor.

Kini, tantangan ke depan adalah menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020, di Papua yang diselenggarakan di lima kota yaitu Jayapura, Timika, Wamena, Biak, dan Merauke. Sebab, kepengurusan KONI Sumsel periode 2020-2024 yang dinakhodai Hendri Zainuddin punya target menaikkan peringkat dari rangking 21 pon di jawa barat. Masih tersisa waktu beberapa bulan lagi buat KONI Sumsel untuk menggembleng atletnya.

Capaian sukses, tentu tak lepas dari bagaimana jalannya proses pembinaan dan pelatihan yang diterapkan kepada atlet. Lantas, sudah sejauh mana KONI Sumsel menggembleng dan mempersiapkan atlet-atletnya ? Berikut petikan wawancara ringan wartawan dengan Ketua Harian KONI Sumsel H. Ahmad Taher.

Bagaimana persiapan menuju PON Papua ?

Bicara soal persiapan, tentu sejak jauh hari sudah dilakukan. Semua cabor telah mempersiapkan dirinya. Namun, tahapan persiapan sebenarnya berada di ajang Pra PON yang pelaksanaanya setahun sebelum digelarnya PON. Di situlah persiapan yang sebenarnya untuk kemudian lolos ke PON.

Di ajang Pra PON itu, kita bisa memilah prioritas nomor-nomor terukur. Tentu, hasil di Pra PON juga tak menjamin akan sukses di PON. Tapi, lebih dari itu, kesiapan mental atlet yang berlaga dan sukses di Pra PON, biasanya akan terus terbawa ketika tampil di PON.

Soal kekuatan kontingen Sumsel dan nomor yang akan diikuti ?

Yang sudah dipastikan, PON Papua mempertandingkan 45 cabor. Nomornya belum ada kepastian, mungkin 770. Sebab, tuan rumah juga punya kepentingan di situ untuk memperoleh medali. Jumlah itu sudah termasuk dengan cabor tambahan dari tuan rumah seperti muaythai, rugby, gateball, woodball, petanque, tarung derajat dan dansa.

Tetapi, ada juga nomor yang diusulkan oleh tuan rumah untuk dihapus. Antaranya Boling, Panjat Tebing, Bola Tangan, Bola Keranjang dan Arung Jeram. Ada rencana batal, tapi soal ini masih menunggu kepastian.

PB PON sendiri telah membatasi tentang kuota peserta, dengan berbagai pertimbangan, seperti soal akomodasi dan lainnya. Jadinya, kalau saat PON Jawa Barat kuotanya 9000, di Papua dikurangi menjadi 6000.

Cabor apa saja yang dianggap lumbung emas ?

Memang ada beberapa cabor yang menjadi lumbung emas bagi Sumsel. Namun hampir semua cabang yang dikirim berpeluang medali. Untuk soal sepada dan ski Air jika ternyata dihapus, itu jelas merugikan Sumsel.

Belum lagi masalah pembatasan usia yang kabarnya akan diterapkan. Semisal cabor Anggar yang dibatasi 23 tahun padahal atlit kita diatas 30 tahun. Kayaknya kita ini mau dihabisi.

Realistis, berapa target medali untuk bisa meraih juara umum ?

Soal ini belum bisa kami tentukan. Ya, kalau di atas sebanyak mungkin sudah aman. Tetapi itu belum maksimal. Namun, hasilnya bisa maksimal jika dari 770 nomor itu, sehingga sumsel bisa meraih di angka  medali emas. Tentu, itu bukanlah target medali yang mudah untuk kita dapatkan. Apalagi, tuan rumah khan mengusulkan cabor yang menjadi unggulannya untuk bisa mendulang emas.

Meskipun cabor yang diusulkan bukan cabor yang sinkron atau dipertandingkan di Olimpyc (Olimpiade), bahkan belum pernah dipertandingkan di PON sebelumnya, khan sudah bisa menambah pundi-pundi emas untuk tuan rumah. Kalau sudah begitu, jadinya agak lucu. Tapi, apapun itu, kita kembalikan lagi bahwa tuan rumah memang berhak untuk menambah atau mengurangi cabor yang dipertandingkan.

Soal peta kekuatan, provinsi mana yang dianggap sebagai lawan terberat Sumsel  ?

Selama terselenggaranya PON, rival kita adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Kini ditambah satu lagi, Papua. Kenapa Papua, ya karena sebagai tuan rumah mereka pasti akan berjuang untuk mendulang medali emas sebanyak-banyaknya.

Sukses prestasi, tentu tanggungjawab KONI. Tapi, kuncinya ada di Binpres dan Monev. Lantas, sejauh mana peran dua bidang ini dalam mempersiapkan cabor dan meningkatkan kualitas atlet ?

Peran dan kemampuan tim Binpres memang menjadi ujian untuk mengetahui perkembangan kualitas atlet. Sebab, berbicara soal prestasi, kuncinya ada di Binpres. Binpres menjadi tumpuan KONI, karena tugasnya harus mampu meletakkan dasar-dasar pembinaan terukur dan dipahami oleh cabor yang ikut puslatda. Kerja Binpres harus maksimal betul, dan Alhamdulillah sekarang sudah mulai maksimal. Mereka (tim Binpres) selalu mendampingi dan mengikuti perkembangan atlet dalam setiap pelatihan, tes fisik, konsentrasi, psikologis, agar semua terkontrol dengan baik. Harus mengerti perkembangan atlet Puslatda, melakukan kontrol bahkan hingga kehidupan si atlet saat di rumah pun, harus tahu. Semisal kebiasaan makan dan lainnya.

Begitu juga tim Monev. Pak Hendri (Ketua KONI Sumsel) selalu mewanti-wanti agar kerjanya juga harus maksimal, tidak asal monev tapi tak mengerti tugas sesungguhnya. Seorang monev harus mampu memetakan potensi prestasi cabor. Memantau program kerja/ pembinaan cabor, paling penting adalah mengecek kesiapan cabor, termasuk kendala-kendalanya. Harus tahu perkembangan cabor, tak hanya Sumsel tapi juga kekuatan cabor daerah lainnya.

Monev harus bisa memetakan kekuatan itu dengan dukungan data dan fakta langsung di lapangan. Tidak bisa cuma melaporkan melalui telepon atau tulisan, bahwa semuanya bagus atau ada perkembangan. Karena itulah tim monev dibentuk. Tugasnya cukup berat. Hampir setiap ada tugas monev, selalu ada laporan. Bahkan, di ruanganku menjadi tempat pertemuan rutin para monev untuk melaporkan hasil kerjanya.

Kalau semua sistem berjalan dengan baik, maka hasilnya pun menjadi baik. Makin efektif kerja sistem, maka akan makin baik kualitas yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya. Karena pembangunan olahraga pada dasarnya merupakan suatu pelaksanaan sistem. Prestasi olahraga merupakan perpaduan dari berbagai aspek usaha dan kegiatan yang dicapai melalui sistem pembangunan. Tingkat keberhasilan pembangunan olahraga ini sangat tergantung pada keefektifan kerja sistem tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *