Polemik Ruangguru  Ditengah Badai Covid -19, Dana Rp 19,88 triliun Masuk Kartu Prakerja

Nasional641 Views

JAKARTA, (Pijarnusa ) – Salah satu Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Adamas Belva Syah Devara beberapa hari yang lalu mundur dari posisinya, sebagai  “pejabat publik” dan keterlibatan Ruangguru di proyek pemerintah tersebut dinilai berbau konflik kepentingan.

Secara umum, program Kartu Prakerja adalah program subsidi dari pemerintah bagi kalangan pencari kerja ataupun korban PHK. Program ini akan menyasar sekitar 5,6 juta penerima. Alhasil, total dana yang akan diguyur melalui subsidi Kartu Prakerja mencapai Rp 19,88 triliun

Dari jumlah yang diterima oleh setiap pemilik Kartu Prakerja, sebanyak Rp 1 juta atau totalnya senilai Rp 5,6 triliun mengucur dalam bentuk subsidi pelatihan melalui “kelas online”. Materi pelatihan itu tersedia di delapan mitra platform digital yang digandeng pemerintah, yakni Tokopedia, Bukalapak, Skill Academy by Ruangguru, Kemnaker, Pintaria, Pijar, Sekolah.mu, dan MauBelajarApa.

Nama Ruangguru menjadi pembicaraan hangat publik. Perusahaan rintisan teknologi bidang pendidikan itu termasuk satu dari delapan mitra platform digital program Kartu Prakerja. Keterlibatan Ruangguru di program Kartu Prakerja disorot karena salah satu pendiri sekaligus Direktur Utama Ruangguru, Adamas Belva Syah Devara.

Ruangguru diketahui sudah merambah Vietnam sejak tahun lalu, dengan nama usaha Kienguru. Selain itu, startup Tanah Air ini berencana ekspansi ke satu negara lain tahun ini. Hanya, Belva belum mau menyebutkan nama negara yang bakal dirambah.

Berdasarkan laporan Crunchbase, Ruangguru dengan nama perusahaan PT Ruang Raya Indonesia terdaftar di Indonesia dan berbasis di Jakarta. Investor Ruangguru di antaranya Venturra Capital, UOB Venture, East Ventures, General Atlantic, dan GGV Capital. East Ventures berinvestasi dalam putaran pendanaan awal (seed funding) pada 2014. Lalu, Venturra Capital masuk lewat pendanaan seri A pada 2015. Kemudian, Ruangguru mendapat dana segar dari UOB Venture melalui pendanaan seri B pada 2017.

Mengutip Kontan.co.id, Rabu (22/4/2020), berdasarkan data profil perusahaan dari Administrasi Hukum Umum (AHU) dari Kementerian Hukum dan HAM yang diterima Kontan.co.id, badan hukum Ruangguru bernama PT Ruang Raya Indonesia.

Mengacu pada surat pengesahan anggaran dasar pada 17 Maret 2020, Ruang Raya Indonesia tercatat sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA). Belva yang menjadi CEO Ruangguru memiliki modal dasar Rp 2 triliun. Nilai tersebut terbagi atas 20 juta unit saham dengan harga Rp 100.000 per saham.

Adapun jumlah modal disetor dan ditempatkan penuh senilai Rp 649.440.900.000 yang terbagi menjadi 6.494.409 unit saham. Masih berdasarkan data yang sama, Ruangguru dimiliki oleh dua pemegang saham. Yang menarik, tidak ada nama Belva dalam jajaran pemilik saham Ruang Raya Indonesia.

Mayoritas saham Ruang Raya Indonesia dimiliki oleh Ruangguru Pte Ltd. Perusahaan ini tercatat memiliki 6.494.309 unit saham atau setara 99,99 persen saham Ruang Raya Indonesia. Alhasil, Ruangguru Pte Ltd merupakan pemegang saham mayoritas Ruang Raya Indonesia.

Ruangguru Pte Ltd beralamat di 6 Battery Road #38-04, Singapura, 049909. Perusahaan asal Singapura itu menyetor modal Rp 649.430.900.000. Selain Ruangguru Pte Ltd, pemegang saham Ruang Raya Indonesia adalah Muhammad Iman Usman. Pria kelahiran Padang, 29 tahun lalu, itu memiliki 100 unit saham atau setara sekitar 0,01 persen saham Ruang Raya Indonesia.

Porsi kepemilikan saham Co-Founder sekaligus Chief of Product Ruangguru itu setara dengan setoran modal senilai Rp 10 juta. Selain pemilik saham, data AHU Kemenkumham itu juga mengungkap posisi direktur dan komisaris perusahaan ini.

Jajaran direksi Ruang Raya Indonesia berisi dua nama. Belva Devara menjabat direktur utama, serta Iman Usman di posisi direktur.

Adapun posisi komisaris ditempati oleh tiga orang. Salah satunya adalah Willson Cuaca yang menjabat komisaris utama. Nama Willson Cuaca terbilang tidak asing di dunia start up. Dia merupakan pendiri dan managing partner perusahaan modal ventura bernama East Ventures.

Bersama Batara Eto dan Taiga Matsuyama, Willson mendirikan East Ventures tahun 2009. Berdasarkan penjelasan di situsnya, tahun 2019, East Ventures, melalui EV Growth, berhasil menjaring dana investasi sekitar 250 juta dollar AS. Dana tersebut antara lain disuntikkan ke Ruangguru, Sociolla, Shopback, Koinworks, dan sejumlah start up lain.

Selain di perusahaan tersebut, East Ventures juga berinvestasi di Tokopedia, Traveloka, maupun Tech in Asia dan IDN Media. “Kami berencana menyalurkan 325 juta dollar AS untuk startup Asia Tenggara, untuk perusahaan tahap awal (seed stage) maupun tahap lanjutan (growth stage),” tulis Willson, Desember 2019.

Di luar nama Willson, ada nama Ashish Saboo yang tercatat menjabat komisaris Ruang Raya. Dia merupakan Managing Director General Atlantic (GA) untuk Indonesia.

Pria berkewarganegaraan India ini boleh dibilang sudah tak asing dengan Indonesia. Sebelum bergabung dengan GA, Saboo menjabat Direktur Pengembangan Bisnis CT Corpora, grup usaha milik Chairul Tandjung, selama 12 tahun. Dia juga sempat menjabat Executive Director Pricewaterhouse Coopers (PwC) Jakarta. GA adalah sebuah firma pemodal swasta (private equity) yang berbasis di New York, Amerika Serikat.

Tahun lalu, bersama East Ventures dan GGV Capital asal Amerika, GA membenamkan 150 juta dollar AS ke Ruangguru. Nama terakhir yang duduk di komisaris Ruang Raya adalah Seah Kian Wee. Pria berkewarganegaraan Singapura ini merupakan Chief Executive Officer (CEO) dan Managing Director Uob Venture Management Pte Ltd (UOBVM).

Tahun 2017, UOBVM, anak usaha United Overseas Bank Limited Singapura, berinvestasi ke Ruangguru melalui pendanaan Seri B, tanpa menyebutkan nilainya. Namun, berdasarkan berita Dealstreet Asia yang dikutip oleh Tech In Asia, UOBVM membenamkan dana sekitar 7 juta dollar AS hingga 8 juta dollar AS ke Ruangguru.

Penunjukkan Ruangguru sebagai salah satu mitra dalam program kartu prakerja menuai pro-kontra beberapa waktu terakhir.

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari pun menjelaskan mengenai proses kontrak para mitra, termasuk Ruangguru dalam program kartu tersebut.

Menurutnya, pembahasan kartu prakerja telah dilakukan sejak Juni 2019 atau sebelum Denni ditugaskan untuk menangani kartu prakerja. Konsultasi dilakukan dengan para stakeholder terkait, pengusaha, dan lebih dari 50 human resource development (HRD) dari perusahaan platform digital.

Pemerintah lantas menyusun syarat yang harus dimiliki mitra digital platform, seperti memiliki cakupan nasional di bidang kemampuan teknologi informasi, memiliki kemampuan mengkurasi lembaga pelatihan, dan kerja sama dengan lembaga pelatihan.

Syarat tersebut dinilai sebagian besar terdapat pada perusahaan unicorn. Meski begitu, aturan itu baru keluar pada 27 Maret 2020 melalui Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja.

Saat menawarkan kerja sama, Denni menyebut, ada dua unicorn yang menolak menjadi mitra kartu prakerja. Ini dikarenakan model bisnis mereka tidak sesuai dengan program kartu. Sedangkan ruangguru, dinilai memiliki model bisnis yang sejalan dengan kartu prakerja. “Core business mereka memang menjual modul, dan besar.

Kami tidak bisa menafikkan itu dan sudah menjadi fakta,” ujar Denni. Meski begitu, proses pemilihan mitra tidak terbatas pada unicorn yang fokus pada bisnis pendidikan dan pelatihan. Pemerintah turut mengikutsertakan Tokopedia dan Bukalapak meski model bisnis perusahaan berupa penjualan barang.

Pemerintah pun menyerahkan keputusan kerja sama kepada para mitra. Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) kartu prakerja dengan delapan mitra pun ditandatangani pada 20 Maret 2020.

Meski begitu, penandatanganan tersebut dilakukan terlambat dari rencana awal. MoU seharusnya diteken pada November 2019. Namun tertunda, karena pemerintah ingin mendorong investor di balik para mitra untuk menanamkan dananya lebih besar.

Dengan demikian, kemampuan layanan para mitra dapat lebih besar sehingga dapat melaksanakan program kartu prakerja. Investor Asing  Denni juga menanggapi polemik terkait investor di balik Ruangguru.

Ia tidak mempermasalahkan asal investor yang telah menanamkan dananya di startup pendidikan tersebut. “Kalau Ruangguru diinvestasi oleh asing, itu menunjukkan kepercayaan investor terhadap anak Indonesia. Mari buka perspektif itu karena ini PT Indonesia, sehingga tunduk pada aturan Indonesia,” ujar dia.

CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara pun akhirnya angkat bicara terkait polemik investor ruang guru. Dalam keterangannya di akun media sosial pribadi, Belva membantah kabar tersebut. “Tidak benar bahwa ‘mayoritas dimiliki investor Singapura’,” kata Belva menjawab salah satu warganet melalui akun Instagram-nya @belvadevara, Rabu (22/4).

Isu ini mencuat lantaran ada warganet dengan nama akun @muhammad_hadian bertanya tentang kepemilikan saham Ruangguru. Kabar bahwa Ruangguru bukan startup Indonesia muncul, lantaran ada perusahaan bernama Ruangguru Pte Ltd yang terdaftar di Singapura.

Belva mengatakan, perusahaan itu memang kepunyaan Ruangguru.  “Ya Ruangguru Pte Ltd di Singapura punya saya juga. Selain itu, kami ada perusahaan Ruangguru lain dan ratusan pegawai di Vietnam dan Thailand. Semuanya punya saya, anak muda kebangsaan Indonesia,” katanya. (mas)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *