Oesman Sapta Santri Meneruskan Para Pendiri Nahdlatul Ulama

Jawa Timur191 Views

JAWA TIMUR – Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2017-2019, Oesman Sapta menyebut, Nahdlatul Ulama (NU) besar berperan dalam membangun toleransi, serta merawat keberagaman dan persatuan Indonesia. Oleh karena itu, ia meminta para santri meneruskan semangat dan perjuangan para pendiri NU, dalam membangun Indonesia di masa depan.

“Nahdlatul Ulama merupakan organisasi keagamaan yang paling menjaga kebhinekaan. Sebagai generasi penerus bangsa, para santri harus memegang teguh dan melanjutkan prinsip ini, dalam membangun Indonesia ke depan,” ujar OSO, sapaan Oesman Sapta, dalam Istighotsah Keramat di Pondok Pesantren Nurul Cholil, Bangkalan, Jawa Timur (Jatim), Minggu (5/ 2) malam.

Menurut OSO, nilai-nilai yang dipegang teguh para pendiri dan warga NU itu, didasarkan pada ajaran Islam yang menerima dan tidak memusuhi adanya perbedaan. Bahkan, tegas dia, para pendiri, pengurus, hingga warga NU berhasil menjadikan keberagaman itu, sebagai kekuatan untuk membangun Indonesia secara bersama-sama.

“Prinsip NU, dorong berbagai pihak untuk bersatu dan bersama-sama menciptakan kerukunan di Indonesia. Para santri dapat meneruskan prinsip ini? Bisakah melanjutkan perjuangan Syaikhona Kholil dan Kiai Hasyim Asy’ari?” tanya OSO, dijawab “bisa” oleh ribuan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Cholil. Dikutip dari RM.id.

Lebih lanjut, ia menyampaikan kekagumannya terhadap seluruh nahdliyin atau warga NU di seluruh Indonesia. Sebab, NU telah menjadi organisasi yang bisa diterima semua kalangan, serta berjalan beriringan antara nilai-nilai Islam dan nilai-nilai kebangsaan.

“Tempat ini (Ponpes Nurul Cholil), merupakan bagian penting, bahkan menjadi tonggak sejarah berdirinya NU. Karenanya, di tengah rangkaian acara peringatan satu abad NU, saya melakukan napak tilas ke sini, dan berjiarah ke makam Syaikhona Kholil,” tegas mantan Wakil Ketua MPR ini.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Lembaga Dakwah PBNU, Prof KH Abdulloh Syamsul Arifin mengatakan, istighotsah dalam rangkaian kronologis satu abad NU bernama “Istighotsah Keramat”. Ia pun bersyukur seluruh acara dalam rangkaian peringatan satu abad NU berjalan lancar dan sukses.

“Tadi, ada yang tanya, kenapa kegiatan ini disebut ‘Istighotsah Keramat’. Sebab, keputusan tentang kegiatan ini diambil di Jalan Keramat, Kantor PBNU, di Jakarta. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari peringatan satu abad Nahdlatul Ulama,” jelas Abdulloh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *