Musik Klasik Indonesia Rasa Internasional

DKI Jakarta416 Views

JAKARTA – Sastrawan Putu Wijaya dan komponis / pianis Ananda Sukarlan adalah dua tokoh seniman Indonesia yang telah menerima penghargaan bertubi-tubi. Terakhir, di tahun 2023 lalu Putu Wijaya bersama akademisi Komaruddin Hidayat menerima Penghargaan Satupena Award sedangkan Ananda Sukarlan menjadi orang Indonesia pertama yang dianugerahi penghargaan tertinggi Kerajaan Spanyol Real Orden Isabel la Catolica.

Kolaborasi dua seniman besar ini tentu menghasilkan karya seni yang dahsyat. Ananda telah dua kali mengadaptasi naskah cerpen komedi Putu Wijaya menjadi “pocket opera”. Istilah pocket opera adalah opera yang praktis dipentaskan karena hanya diperankan oleh sedikit pemeran, tidak membutuhkan dekor yang kompleks serta iringan musik dari sedikit instrumen, bukan orkes penuh.

Opera “Mendadak Kaya” adalah adaptasi Ananda dari cerpen Putu Wijaya “Kaya”, tentang satire seseorang bernama Alung yang datang ke dukun untuk minta menjadi kaya dalam sekejap. Opera ini dipentaskan lagi pada 4 Februari 2024 lalu di London School of Public Relations (LSPR).

Diproduksi oleh Rotary Club cabang Menteng, opera ini sukses memenuhi Auditorium Prof. Djajusman hari Minggu sore itu dengan penonton yang kelihatan sangat menikmatinya dan memberi tepuk tangan berkepanjangan kepada dua pemeran utamanya, penyanyi tenor Nick Lukas dan William Prasetyo. Mereka adalah pemenang kompetisi piano dan vokal paling bergengsi di negeri ini, Ananda Sukarlan Award.

Rotary Club, organisasi kemanusiaan internasional yang didirikan di Amerika Serikat tahun 1905 ini tahun lalu mengangkat Ananda Sukarlan sebagai Honorary Member, dan mendaulatnya untuk menyelenggarakan opera ini lagi setelah pertunjukan perdananya di tahun 2012. Saat itu pemeran “Alung” adalah tenor Adi Nugroho “Didut” yang baru saja memenangkan kompetisi Ananda Sukarlan Award 2011.

Sedihnya, bulan November 2023 dalam usia 39 tahun meninggal dunia karena serangan jantung. Produksi ini juga merupakan sebuah “tribute” untuk Adi “Didut” Nugroho yang beberapa tahun terakhir aktif menjadi dirigen Paduan Suara Universitas Tarumanegara dan Shantell Vocal Ensemble dan membawa mereka meraih berbagai kejuaraan nasional dan internasional.

Sebelum pagelaran Opera yang berdurasi sekitar 40 menit ini, ada pagelaran dua pianis muda, juga pemenang Ananda Sukarlan Award tahun 2023 lalu yaitu Victor Clementius Ditra (17 tahun) dan Osten Cristo Harianto (14 tahun), membawakan berbagai lagu Indonesia yang dikemas dalam nuansa klasik secara virtuosik oleh Ananda Sukarlan.

Mengingat usia mereka, ketrampilan dan musikalitas mereka sangat luar biasa, didukung oleh piano Yamaha berteknologi tinggi Hybrid. “Mereka sudah siap berkompetisi di dunia internasional, dan semoga lagu-lagu Indonesia ini memberi bekal buat mereka untuk bukan hanya memamerkan teknik permainan, tapi juga identitas dan jati diri artistik yang kuat”, demikian komentar Ananda Sukarlan saat memperkenalkan mereka.

Ananda Sukarlan adalah salah seorang pelopor Opera berbahasa Indonesia. Sebelum ini, ia juga telah mengadaptasi beberapa naskah Seno Gumira Ajidarma dan saat ini sedang bekerjasama dengan penyair Emi Suy untuk opera “I’m Not For Sale” yang mengisahkan tokoh Auw Tjoie Lan di Batavia di awal abad 20 yang telah menyelamatkan ratusan, mungkin ribuan anak-anak dari daratan Tiongkok untuk dijual sebagai budak (human trafficking).

Selain itu Ananda juga tokoh penting dalam mengangkat genre “Tembang Puitik”, yaitu lagu bernuansa klasik berdasarkan puisi para penyair, baik berbahasa asing seperti Federico Garcia Lorca (Spanyol), Emily Dickinson (Amerika) maupun Indonesia seperti Chairil Anwar, Muhammad Subhan, Ewith Bahar dan ratusan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *