KERESAHAN WALI MURID DI TENGAH NEW NORMAL KOTA PALEMBANG

OPINI303 Views

Setelah hampir tiga bulan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, pemerintah berencana melonggarkan pembatasan sosial tersebut. Namun, pandemi corona masih berlangsung. Pilihannya adalah masuk ke tata cara hidup baru atau new normal.

Presiden Joko Widodo sempat menyebut masyarakat harus kembali produktif. “Kami ingin sekali lagi bisa masuk ke normal baru, tatanan baru. Dan kami ingin muncul sebuah kesadaran yang kuat, kedisplinan yang kuat,” kata Jokowi saat itu.

Coba kita lihat Kota Palembang yang telah menjalankan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketika itu dan disetujui Kemenkes dan mulai berlaku 20 Mei 20202 dan rencana berakhir 2 Juni 2020. Namun hal tersebut tampak belum maksimal.

Angka kasus Covid-19 di Kota Palembang masih cukup tinggi. Barangkali itupula alasan kenapa  Presiden belum memasukan Kota Palembang sebagai salah satu wilayah yang disetujui mulai protokol New Normal.

Salah satu alasan Palembang Belum Disetujui Memasuki Protokol New Normal mungkin karena pandemi Covid-19 masih cukup tinggi di  Kota Palembang. Palembang belum memenuhi 11 indikator untuk menjadi wilayah zona hijau yang aman dan bisa menerapkan protokol New Normal.

Antara lain penurunan jumlah kasus selama dua pekan sejak puncak terakhirnya, dengan target lebih dari 50 persen untuk setiap wilayah.

Adapun penurunan angka yang dilihat tersebut adalah berdasarkan dari jumlah yang meninggal, penurunan jumlah kasus positif, termasuk kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang dirawat di rumah sakit, juga jumlah pasien sembuh dan selesai pemantauan.

Indikator lain adalah dengan melihat hasil dari jumlah pemeriksaan laboratorium, di mana positivity rate-nya harus di bawah 5 persen, dan penggunaan metode pendekatan RT atau R-T yang disebut angka reproduktif efektif kurang dari 1. Daerah juga harus melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap masyarakat.

Palembang belum mencapai hal tersebut. Palembang menjadi kota terbanyak penyumbang kasus covid-19 di Provinsi Sumatera selatan. Data hingga Hari Sabtu (30/5/2020) kasus corona di Kota Palembang mencapai 548 kasus dari total 963 kasus di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang terus bergerak. Berikut infografis perkembangan Data Covid-19 Provinsi Sumatera Selatan per tanggal 31 Mei 2020. Didalamnya ada Kota Palembang. (Sumber Data : corona.sumselprov.go.id)

Hanya ada 4 (empat) wilayah Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang disetujui menerapkan Protokol New Normal yaitu, Kota Pagar alam, Kabupaten Penukal Abab Lematang ilir (PALI), Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) dan Kabupaten Empat Lawang.

Memang ke-4 wilayah tersebut rendah pandemi Covid-19. Sedangkan Palembang masih sangat tinggi dan Palembang belum termasuk 102 wilayah Zona Aman yang siap menerapkan Protokol New Normal.

Bagaimana dengan Siswa Sekolah di Kota Palembang, Tetap Bersekolah per 15 Juni meski New Normal Belum disetujui ?

Sesuai Kewenangan dalam Undang-Undang  No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka Pendidikan Dasar SD dan SMP adalah kewenangan Kabupaten/kota. Sedangkan Pendidikan Menengah (SMA dan SMK) adalah kewenangan Provinsi.

Maka aturan dalam surat edaran Dinas pendidikan Kota Palembang di atas hanya berlaku untuk siswa SD dan SMP.  Pendidikan Menengah menunggu arahan provinsi.

Tetapi jika Palembang diperpanjang PSBB tidak menutup kemungkinan Pendidikan Menengah juga mengikuti aturan PSBB alias belum aktif di sekolah. Kegiatan Belajar-Mengajar kemungkinan akan tetap dilakukan secara Online.

Sebelumnya kami juga mendapat share Surat Edaran Dinas Pendidikan Kota Palembang Nomor 0963/SE/Disdik/2020 tentang Kegiatan Pembelajaran Satuan Pendidikan Kembali Beroperasi Masa Kebijakan Normal Baru. Artinya bahwa Sekolah siap-siap akan dibuka dan siswa akan mulai bersekolah per 15 Juni 2020 sebagaimana disebutkan dalam Surat Edaran tersebut.

Ketika surat edaran tersebut menyebar, grup-grup WhatsApps ramai membahas. Kekhawatiran orang tua muncul begitu saja. Kami kira kekhawatiran itu sangat  wajar.

Anak-anak rentan dan belum begitu mengerti menjaga diri. Apalagi yang masih kecil. Kalau sudah masuk ke sekolah siapa bisa menjamin dia bisa menjaga jarak dengan teman-temannya, apalagi anak SD.

Yang lebih khawatir lagi bagaimana kita membayangkan anak –anak di sekolah yang harus mengunakan masker selama 8 jam, sedangkan orang dewasa saja belum tentu bisa bertahan mengunakan masker selama itu ditambah lagi kondisi anak yang memang belum bisa menjaga kondisi kesehatan dengan baik.

Selain itu terkadang anak-anak juga memiliki sifat ingin mencoba, dan dapat kita bayangkan ketika anak-anak akan saling pinjam masker yang dipakai karena mungkin diantara masker yang dipakai memiliki keunikan tersendiri dan itu sangat rentan serta sulit sekali di control meski di lingkungan sekolah.

Kami cukup merespon positif Disdik Kota Palembang sudah membuat ancang-ancang SOP yang jelas tentang bagaimana Proses Belajar-Mengajar di sekolah berjalan kembali pada situasi Normal Baru.

Paling tidak  ini menunjukkan bahwa Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, Ahmad Julinto sudah memikirkan bagaimana guru dan siswa harus aktif kembali mengingat belajar online pastilah tidak sebaik belajar langsung di kelas.

Kini Kita berharap agar Pemerintah dan warga Kota Palembang ini kembali melihat hal ini dengan jernih, melakukan upaya sungguh-sungguh dalam menurunkan pandemi Covid-19 di wilayah Palembang.

Harapan kita kedepan Pemerintah tegas dan bersungguh-sungguh. masyarakat patuh, saling percaya, saling support dan saling dukung. Semoga bisa menurunkan pandemi Covid-19 sehingga Kota Palembang dapat memenuhi 11 indikator dan masuk zona hijau. Lalu siap menjalankan Protokol New Normal dan siswa siap kembali ke sekolah.

Untuk saat ini, meski pengumuman Masuk Sekolah tanggal 15 Juni 2020 telah diinformasikan ke siswa dan orang tua siswa, tetap saja disertai informasi tambahan bahwa hal tersebut masih melihat perkembangan Kota Palembang.  Pihak sekolah menyatakan akan menginformasikan lebih lanjut.

Jika dalam 2 (dua) minggu terakhir  ini kami bekerja keras dan saling support, saling bantu, bukan tidak mungkin per 15 Juni 2020 nanti siswa bisa bersekolah kembali.

Mari hadapi Pandemi Covid-19 ini bersama secara kompak dan saling bahu membahu. Bukan jadi jualan provokasi untuk saling membenci. Bukan untuk jadi agenda pribadi dan kelompok menyebar hoax dan memicu perselisihan atas nama kepentingan. Menyerang Pemerintah dan lain sebagainya. PSBB salah, New Normal salah. Padahal dulu teriak pengen cepet keluar rumah.

Termasuk Protokol New Normal ini. Meski tidak ideal ya harus juga kita lihat dengan optimis. Paling tidak kita tetap mendukung pemerintah pusat tegas memilih dan menetapkan mana saja wilayah zona hijau yang akan mulai merapkan Protokol New Normal.

Mulai sekarang mari kita ubah hidup normal dengan kedisplinan itu termasuk memakai masker saat di luar rumah, rajin cuci tangan, menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh, serta menjaga jarak.

Proses adaptasi menuju pola hidup baru tersebut tidak mudah. penerapan new normal dapat mempengaruhi kesehatan mental. Pasalnya, banyak tantangan harus dihadapai masyarakat untuk menjalankan kehidupan tersebut. “Dalam proses masuk ke kehidupan itu, seseorang mungkin saja menolak beradaptasi yang akhirnya menjadi stress.

Kesehatan mental sebelum mulai masuk ke new normal sangatlah penting. Hal tersebut bukan persoalan kejiawaan, tapi juga berpikir rasional untuk mengekspresikan emosi dan berperilaku tepat.

Anak-anak perlu mendapat pembekalan untuk menghadapi normal baru. “Salah satu persiapan yang dapat orang tua lakukan adalah memberikan gambaran mengenai penyebab Covid-19 dan kondisi lingkungan sekitar,”.

Lantas, apa saja pola hidup new normal di tengah pandemi Covid-19

  1. Masker adalah benda wajib Setiap keluar rumah, setiap orang wajib memakai masker. Cara ini bukan hanya untuk melindungi diri dari infeksi virus corona, tapi juga menghindari orang di sekitar tertular. Seseorang yang terinfeksi Covid-19 belum tentu menunjukkan gejala, tapi ia sudah pasti dapat menularkannya ke orang lain kalau tidak mematuhi protokol kesehatan.
  2. Jaga kebersihan dan kesehatan diri Setelah hampir tiga bulan melakukan isolasi, tentu tak mudah untuk kembali berinteraksi atau berada di sekitar orang banyak. Kekhawatiran takut tertular pasti membayangi Anda. Strateginya sebenarnya sederhana. Setiap berada di luar rumah, Anda perlu ingat untuk menjaga jarak dengan orang lain, rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik, makan dengan gizi seimbang, rutin berolahraga dan berjemur, serta istirahat yang cukup. Para ahli percaya semua aktivitas ini dapat menghindari Anda tertular dari Covid-19 dan meningkatkan imunitas tubuh. Ketika kembali ke rumah, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 menuliskan protokolnya. Ada tiga langkah yang harus dilakukan. Pertama, jangan bersentuhan dengan anggota keluarga sebelum membersihkan diri, yaitu mandi dan mengganti pakaian kerja. Kedua, cuci pakaian dan masker dengan deterjen. Terakhir, bersihkan telpon selular atau ponsel, kacamata, dan tas dengan disinfektan.
  3. Lebih banyak menabung, kurangi pengeluaran Hampir tiga bulan ini mungkin pengeluaran Anda menjadi lebih terarah untuk kebutuhan penting, bukan berbelanja impulsif. “Perilaku konsumen di dunia pasca-karantina adalah lebih konservatif dengan pengeluaran mereka,” tulis hasil analisis Glenmede yang dipimpin oleh Jason Pride, dikutip dari Forbes. Pola ini konsisten dengan setiap terjadi krisis. Pada saat krisis keuangan global 2008-2009, tingkat orang yang menabung di Amerika Serikat naik 2%. Sebuah survei McKinsey & Company juga menujukkan warga di negara itu akan tetap bersikap konservatif dalam kondisi normal baru. Kemunculan virus corona membuat orang lebih berhemat. Masa depan terlihat tidak pasti dan rapuh. Banyak orang tidak mau mengambil risiko, apalagi membeli barang-barang tidak perlu. Kalau kondisi perekonomian memburuk, lebih baik memang menabung daripada berbelanja. Perilaku ini layaknya peribahasa sedia payung sebelum hujan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *