HYU Penyuara Persatuan Bangsa Ditabiskan Menjadi Ondofolo Besar Tanah Adat Papua

Jayapura (Papua) | pijarnusa.com

Tahun 2019 merupakan tahun yang sangat berkesan bagi Hendrik Yance Udam, aktivis dan tokoh Papua yang menetap di Jakarta ini.

Ia sedang berjuang membangun persepsi akan pentingnya mencintai Indonesia bagi semua orang dengan berbagai perbedaan suku, agama dan budaya serta profesi demi keutuhan NKRI.

Hendrik Yance Udam tokoh nasional asal Papua yang selalu di sapa dengan istilah bung HYU tidak sendiri, bersama kolega dan kelompok nasionalis lainnya membentuk Gerakan Rakyat Cinta (Gercin) Indonesia pada Agustus 2019 lalu, baru beranjak usia 4 bulan Gercin Indonesia tumbuh pesat membedah dan memberikan sumbangsih suara kepada bangsa akan keyakinan kembali mencintai negeri yang juga dicintainya, Indonesia.

Pria hitam kulit keriting rambut asli Papua ini dipercaya menjadi nakhoda organisasi Gercin Indonesia, kerap kali diundang manjadi pembicara di organisasi masyarakat maupun lembaga pemerintah untuk menyampaikan hasrat kesatuan dan persatuan bangsa.

“Indonesia adalah sebuah anugerah bagi kita, ragam budaya, suku dan bahasa, dari negeri kita terbit cakrawala keindahan nusantara, dan dunia sudah mengakuinya, mengapa kita harus memecah belah semuanya ? Bukankah kita lahir dari ibu pertiwi ini, alangkah dangkalnya langkah-langkah untuk menghancurkan, kita harus bersatu jiwa terikat satu sama lain menjaga benteng pusaka yaitu NKRI, Jiwa ini adalah Pancasila Tak ada yang bisa mengubahnya,” tutur HYU, lulusan kursus Lemhanas bagi kalangan pemuda dan mahasiswa angkatan VI tahun 2013, Jakarta, Sabtu (23/11).

HYU kelahiran Abepura, 5 Febuari 1980 Jayapura Papua dan sebagai aktivis muda nasional asli Papua yang penuh gelora kepada NKRI

di Jakarta, suaranya bergema sampai tanah kelahiran, akhirnya ia mendapat perhatian penuh dari pemimpin adat tertinggi (Ondofolo) dan kepala adat masyarakat (Sosero) wilayah tanah Tabi distrik Waibu – Doyo lama Sentani, Jayapura.

HYU ditabiskan sebagai Anak Dobontoro (Robonsolo) dan diberi gelar Ondofolo Besar atau disebut Panglima pada tanggal 8 November 2019. Sebagai Ondofolo Besar HYU dipercayakan menjadi pengayom dan pembina masyarakat adat serta melindungi seluruh tanah Tabi dan tanah Papua secara umum.

Ditempat lain, Kepala suku/Ondoafi wilayah adat Griminawa bagian dari wilayah adat Tabi Provinsi Papua Martinus Kasuai, menyampaikan bahwa prosesi pemberian gelar adat dari masyarakat adat suku Sentani kepada HYU yang adalah merupakan putra terbaik masyarakat adat Griminawa Provinsi Papua merupakan hal yang langka di jaman sekarang dan HYU adalah seorang tokoh muda asli Papua yang sangat fenomenal pemimpin yang lahir di saat konflik yang berkepanjangan serta krisis kepemimpinan di tanah Papua

” Saya sebagai kepala suku dan juga Ondoafi di wilayah adat griminawa mewakili kepala suku serta Ondoafi yang ada mengucap kan banyak terimah kasih kepada dewan adat suku sentani dalam hal ini masyarakat adat Doyo yang sudah mempercayakan gelar adat Kepada anak kami HYU. Maka untuk itu kami masyarakat adat Griminawa Provinsi Papua akan melakukan pesta adat dan syukuran ditempat HYU Berasal yaitu Griminawa gunung yansu pusat pembagian harta dan budaya bagi semua Suku Suku yang ada di Papua , Kami akan mengundang semua suku yang ada di 7 wilayah adat di Papua dan Papua Barat yaitu wilayah adat Tabi, Lapago Meepago Saireri Anim Ha, Bomberai dan Domberai, dan semua suku suku yang ada di 7 wilayah adat tersebut serta paguyuban – paguyuban Nusantara untuk hadir dan menyaksikan syukuran atas pelantikan HYU sebagai Ondofolo besar di wilayah Dewan adat suku Sentani,” kata Martinus Kasuai, di Sentani, Sabtu, (23/11).

Saat ini mereka sedang bentuk panitia kecil untuk mempersiapkan acara adat tersebut.

Pihaknya akan melibatkan suku-suku asli Papua yang hidup di wilayah adat Griminawa provinsi Papua sebagai panitia pelaksana guna mensukseskan acara tersebut karena peristiwa ini juga merupakan kearifan lokal di Papua yang harus dijaga dan dirawat secara bersama-sama dari generasi ke generasi yang hidup di atas Tanah Papua.

Acara ini tidak ada Kepentingan Politik namun murni adalah acara adat yang harus di lestari kan bersama karena adat adalah merupakan kekayaan terbesar masyarakat Papua yang harus di jaga. (Fian)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *