Aksi Seniman Jabar Tolak Pembangunan Water Boom

Bandung, Pijarnusa.com – Sejumlah seniman Jawa Barat, menggelar aksi seni ruatan Tolak Pembangunan Waterboom Pangandaran, di Gedung YPK (PPK) jalan Naripan Kota Bandung Jumat, (13/12/2019).

Aksi yang digelar seniman Jawa Barat tersebut, terkait dengan rencana Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang akan merubah pondok Seni Pangandaran menjadi destinasi wisata air atau waterboom 2020 mendatang.

Aksi diawali dengan pembacaan doa dan ruatan penolakan pembangunan waterboom, di taman Braga Bandung, dilanjutkan dialog dengan menghadirkan Mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Memet H Hamdan, Ketua Paguyuban Seni Ronggeng (Paser) Pangandaran Kang Yus, Mas Nanu Munajar, serta sejumlah seniman lainnya,diantaranya dari Kabupaten Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Kota Banjar.

Dalam dialognya, Memet H.Hamdan dengan tegas menolak pembangunan waterboom di area Pondok Seni Pangandaran. Ia menilai, rencana Ridwan Kamil membangun destinasi wisata air itu tidak mendasar, meski lahan (Pondok Seni) yang akan digunakan merupakan aset milik Pemprov Jabar.

“Dulu, saat ditugasi dibangun Pondok Seni anggarannya untuk menghidupkan seni budaya yang ada di kawasan tersebut. Sekarang sudah hidup dan berkembang, tetapi sekarang akan dibangun waterboom,” ujar Memet.

Memet pun mempertanyakan, rencana membangun waterboom itu masih sebuah gagasan atau sudah menjadi sebuah keputusan? Kalau masih sebuah gagasan, Ridwan Kamil harus fair, bahwa masyarakat seni budaya tidak mau kehilangan ruang seni budaya yang tinggal satu-satunya di Jabar.

Namun jika sudah menjadi sebuah keputusan,Ridwan Kamil harus melakukan dialog dengan seniman dan budayawan Jawa Barat.

“Kalangan seniman budayawan harus menyampaikan aspirasinya ke gubernur. Mari kita uji kembali keputusan tersebut, kita minta ruang dialog untuk membicarakannya,” tegas Memet.

Memet pun menyayangkan jika rencana tersebut dilaksanakan, dengan mengorbankan dan meminggirkan suasana seni budaya yang sudah tumbuh di Pangandaran. Seorang gubernur menurutnya sangat mudah untuk mencari lahan untuk membangun. Selain itu juga, gubernur bisa mencari alternatif lahan lainnya.

“Saya dengar sudah ada intruksi, jika tanggal 25 Desember lahan Pondok Seni harus sudah kosong. Jika benar , mana SK-nya. Harusnya gubernur atau bahasanya meminmta izin terlebih dahulu ke dewan. Kan begitu aturannya,” tandasnya.

Memet melihat bahwa ini merupakan sebuah realita, sebuah fakta bahwa seni budaya di Pangandaran tidak mati dan sudah tumbuh berkembang dengan baik dengan adanya pondok seni Tapi sekarang ini mau dimatikan dengan dibangun waterboom,” ujarnya.

Hal senada dikatakan perwakilan seniman Pangandaran, Kang Yus yang merupakan ketua Paser Pangandaran. Ia mewakili kalangan seniman dan budayawan dari Pangandara, Ciamis, Tasikmalaya, Garut dan Banjar dengan tegas menolak pembangunan waterboom di Pondok Seni Pangandaran.

“Jika ini dimatikan (dibangun waterboom), maka akan mati perekonomian masyarakat, khususnya seniman budayawan di sana. Ia menilai,dibangunnya waterboom hanya untuk menghidupkan perekonomian para investor, bukan masyarakat Pangandaran.”Tanpa ada waterboom pun, perekonomian masyarakat Pangandaran sudah berjalan dengan baik,”

Selain dialog aksi seni ruat tolak pembangunan waterboom,juga dimeriahkan  dengan pementasan seni ronggeng amen, seni angkut jubleg, pencak silat, jaipongan dan seni tradisional lainnya.

Pada kesempatan itu, seluruh seniman, tamu undangan serta masyarakat yang hadir berkesempatan membubuhkan tanda tangan di atas kain putih sepanjang 25 meter,untuk menolak pembangunan waterboom. Selain itu,juga diluncurkan petisi online menolak pembangunan waterboom.

Aksi seni itu diperuntukkan terhadap Gubernur Jawa Barat yang akan mengalihfungsikan ruang ekspresi seni menjadi wisata air yakni alih fungsi Pondok Seni Pangandaran menjadi water boom. Rencana pemerintah tersebut dinilai malah mematikan kreativitas seniman.

“Bukan kami ingin menghalangi pembangunan tetapi harus mampu dan tahu dimana menempatkannya. Jangan sampai tempat yang sudah dibuat untuk seni diganti selain Pondok Seni yang memang peruntukkannya sebagai ruang ekspresi para seniman tradisi, masih banyak tempat lain yang bisa digunakan untuk sarana waterboom,” pungkas yus.

(Asep NS/Gita Clara)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *