Santri Ponpes Al-Muhajirin Purwakarta Adakan Gebyar Hari Santri Nasional

PURWAKARTA, Pijar Nusa – Santri pondok pesantren Al-Muhajirin selalu memiliki cara kreatif untuk memperingati acara. Kali ini mereka bertanggung jawab penuh atas meriahnya Gebyar Hari Santri Nasional dengan tema “Santri Damai, Lidah dan Tangannya Membawa Kebaikan untuk Dunia dan Akhirat.”

Acara gebyar Hari Santri Nasional ini terbilang rutin diperingati setiap tahunya oleh seluruh santri Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta pimpinan Syaikhuma DR. KH. Abun Bunyamin, MA, hal tersebut dilakukan demi meneladani semangat jihad ke Indonesiaan yang digelorakan oleh para Ulama.

Pada kesempatan Gebyar Hari Santri Nasional ini, lokasi yang digunakan untuk memperingati adalah kampus 3 Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta yang lokasinya terletak di Jalan Raya Citapen Desa Sukajaya Kecamatan Sukatani Purwakarta.

Adapun acara ini akan dikemas secara apik dan meriah sebagai rasa syukur juga potret semangat santri. Dimulai dengan upacara pengibaran bendera merah putih yang didalamnya meliputi pembacaan ikrar santri, serta banyak pula stand bazzar yang akan memanjakan para pengunjung.

Kurang lebih 6000 santri yang berasal dari unit-unit belajar se Yayasan Al-Muhajirin sudah siap akan melaksanakan acara ini, dalam Gebyar Hari Santri Nasional kita berharap bisa menjadi pemacu semangat bagi para ulama dan santri untuk menjadi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan terus berjuang menegakkan Agama Islam Ahlus Sunnah Waljama’ah, sekaligus turut berkontribusi dalam pembangunan daerah, bangsa dan negara.

Mengingat, pada tanggal 22 Oktober 1945 terjadi peristiwa sejarah yang menumbuhkan jiwa kepahlawanan, kepatriotisan, kesatriaan, dan keheroikan para kaum muda Indonesia.

Sejarah membuktikan, para ulama dan santri bersama dengan pejuang lainnya mempunyai peran yang sangat penting dalam merebut kembali kedaulatan negara republik Indonesia dari penjajah bangsa asing.

Pada hari itu pula Resolusi Jihad dideklarasikankan oleh Hadrotusyekh Mbah KH. Hasyim Asy’ari selaku pendiri NU (nahdlatul ulama) kepada khalayak Indonesia untuk keutuhan Negara dan Bangsa Indonesia.

Pada hari itu juga, KH. Hasyim Asy’ari menyerukan kepada para santrinya untuk ikut berjuang guna mencegah tentara belanda kembali menguasai Indonesia, belia berseru bahwa membela tanah air merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Seruan jihad ini yang kemudian membakar semangat para santri yang berada di kawasan Surabaya dan sekitarnya saat itu.

Hal itu merupakan landasan dicetuskannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional (HARSANAS), oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo melalui Keppres nomor 22 tahun 2015 lalu. Pun penetapannya merupakan bentuk penghargaan pemerintah terhadap peran para kaum sarungan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Maka, peristiwa inilah yang dijadikan sebuah agenda besar para santri. (Lily)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *